Gita, penyuka puisi yang tomboy, selalu bangga pada Mas Gagah, abang yang menurutnya nyaris sempurna. Gagah tampan, cerdas, modern dan selalu menjalankan sholat tepat waktu. Sejak ayah mereka meninggal, sembari kuliah, Gagah membantu Mama jadi tulang punggung keluarga.
Gagah pergi ke Maluku Utara untuk membantu dosen pembimbing skripsinya menyempurnakan konsep pembangunan menara pemancar. Gagah sempat hilang kontak, saat ia masuk ke wilayah pedalaman dan mengalami kecelakaan. Gagah dirawat oleh Kyai Ghufron, pemimpin pesantren yang bersahaja dan sangat dihormati di wilayah Maluku Utara. Selama Gagah pergi, Gita beberapa kali bertemu Yudi di bus, kereta api dan tempat-tempat lainnya. Ia gemar mengajak orang-orang pada kebaikan, mencerahkan dan menguatkan setiap orang yang ia temui, termasuk di area pemukiman warga yang terkena musibah dan selalu menjadi orang yang paling dulu membantu mereka yang membutuhkan. Gita penasaran tapi ia tak merasa perlu untuk tahu lebih lanjut tentang Yudi.